Jumat, 06 September 2013

dari mengurus sekolah sampai ORIENTASI MAHASISWA

sungguh bercampur baur kegiatan ku  dari mulai menangani SDIT al-Mawaddah, MTs Nurul Ihsan, STIT SIFA Bogor, sampai membuat layanan yang maksimal terhadap TOKO aa yang sekarang menjadi bagian dari keseharian ku..  lelah bagai tak bertepi
memang itulah bagian dari hidup dan prnsip dalam jihad ku.

Sekolah yang selama ini dibanggakan ternyata harus dikelola secara baik dan tidak asal-asalan  sebagai bagian dari pengelola sekolah hal-hal yang harus dikembangkan adalah nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai kebaikan itu bersumber pada budaya dan tata nilai yang ada sehingga reaksi yang kemudian muncul merupakan akumulasi dari perpaduan berbagai unsur yang nampak dalam perpaduan tersebut.

pada hari ini saya mendapatkan kunjungan dari orang tua yang mendapati anaknya sakit tangannya karena mengalami benturan ketika bermain dengan anaknya di kelas pada jam istirahat, hal-hal yang ditanyakan adalah bagaimana tanggung jawab sekolah terhadap kejadian tersebut. dari sini saya berpikir bahwa sekolah yang baik melibatkan berbagai unsur dalam melindungi siswanya dengan sepenuh hati, pelayanann yang baik tidakhanya "senyum" yang dibuat tetapi juga kenyataan-kenyataan rasional berupa MOU dan kesepakatan-kesepakatan yang terkait untuk hal tersebut. perlu ketegasan dan jalan keluar yang baik.

kalau sampai kesana sebenarnya biaya pendidikan teramat mahal. karena bukan honor saja yang masih kecil dan di ributkan harusnya melangkah pada kebijakan-kebijakan untuk perbaikan yang melibatkan berbagai hal atau unsur-unsur kepuasan pelanggan.

satu lagi yang menjadi perhatian adalah yang mengkritikpun sebenarnya mengalami kesulitan  dalam hal sistem apa yang harus diwujudkan agar semuanya merasa adil, tidak terdzolimi dan sama-sama enak setelah bertanya secara langsung kepada beberapa guru, ternyata mereka masih menginginkan sistem honor yang telah ditetapkan lima tahun kebelakang, karena  berorientasi pada "kuli" pendidikan yang telah ditempuh dalam tataran ini tidak mendapatkan perhatian yang serius karena tidak diperhitungkan dalam honor, karena berorientasi pada kuli, maka siapa yang bekrja keras walaupun dengan pisik tanpa pemikiran yang mendalam asal dia kerja maka mendapatkan upah yang sesuai tentu tidak adil.

saya  ingin mewujudkan masyarakat belajar, karenanya orientasi honor yang nyambung "macing" dengan  jenjang pendidikan hendaklah menjadi perhatian serius dengan alasan pertama, pola pemikiran antara setiap jenjang pendidikan berbeda bobot yang telah dikerahkan tentu berbeda. kedua,masyarakat akademis adalah masyarakat yang menjunjung tinggi pendidikan

sesungguhnya kedua hal tersebut akan memacu pada kreatifitas dan kreadibiltas pendidik. logika  sederhana jika kreatifitas dibuka dan kewenangan diberikan maka bisa saja kemajuann akan segera tercapai, tetapi jika kreatifitas disumbat apa-apa ditanyakan tidak sesuai pada tugas pokok dan fungsinya bisa berarti bahwa ini "ada yang salah" logika sederhana berpikir demikian. kekhawatiran yang tanpa alasaa  menyebabkan terganggunya komunikasi bukankah komunikasi dalam sebuah lembaga pendidikan itu sesuatu yang penting.

sebagai penentu kebijakan tentunya saya harus berpikir jernih dan rasional, ke jernihan pemikiran itu tentunya tidak sampai pada kata-kata, tidak berputar pada keuangan saja tetapi melampaui hal itu semua yakni kenyamanan, kenyamanan sebagai peserta didik guru dan karyawan, idealisme saya untuk mengelola sekolah pada saat ini terhambat oleh kenyataan bahwa rasioanalnya saya adalah pekerja pendidikan bukan pemilik lembaga yang saya rintis dari awal. seyogyanya paada tahun  ini saya membuat sekolah ini men jadi lebih baik, namun sepertinya kenyataan itu menjadi pudar karena saya adalah pekeraja pendidikan yang segalanya harus melapor pada pimpinan yang pimpinan tersebut belum tentu pokus pada pendidikan yang selama ini saya kelola dengan sepenuh hati. haruskah saya mengalah...????.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar