Rabu, 18 September 2013

“Emosi”
Lama tak menulis tangan terasa kaku, lama tidak membaca membaca menjadi berat, lama tidak bertemu semakin tambah kangan atau juga sebel, semua itu
tergantung pada situasi dan kondisi dimana kita berada disamping itu, apakah emosi kita terlibat dalam keadaan yang sebenarnya, ataukah emosi kita diluar kontek dari apa yang diharapkan, keterlibatan emosi dalam berbagai keadaan sangat ditentukan adanya ketertarikan atau rasa yang melikat pada jiwa dan pada lingkungan tersebut.
Seorang pemimnpin yang baik  tampaknya adalah seorang yang memiliki banyak emosi dan kepekaan rasa dalam berbagai bentuk keadaan, kepekaan rasa tidaklah dibuat begitu saja, tetapi ia hadir, tumbuh dan menjadi berpengaruh dalam keseharian kita. Sunnatullah menentukan bahwa manusia itu beragam, memiliki kadar emosi yang beragam, serta memiliki kemampuan yang beragam, jangankan mengenal orang lain, mengenal emosi diri sendiri aja terkadang sulit.
Emosi yang diberikan oleh Tuhan kepada hambanya secara garis besar dikelonmpokkan menjadi emosi baik dan emosi tidak baik, dan emosi pulihan berada antara baik dan tidak baik. Jika kita berada dalam situasi emosi yang baik maka titik tekannya adalah istiqomahlah, jika berada pada emosi yang tidak baik, bersabar dan berwudhulah, dan jika emosi beradad pada saat pilihan antara yang baik dan yang tidak baik maka berpikirlah secara memohon kebaikan dan perlindungan kepada Tuhan.
Setiap orang memiliki profesi jika berprofesi yang berhadapan dengan alat atau mesin maka komunikasi cenderung satu arah  dan manusia itu adalah pengguna alat sehingga yang mengontrol emosi itu adalah dirinya sendiri, jika emosi itu berada atau berhadapan dengan orang banyak, maka komunikasi menjadi bagian yang tidak terpisah dan emosi yang baik adalah emosi yang diharapkan, jika terdapat ketersinggungan dalam menentukan dan mampetnya komunikasi antara dua organ manusia, maka yang terjadi adalah ketersinggungan dann ketidak harmonisan, dan jika berhadapan dengan pilihan maka seraya meminta tolong pada lingklungan yang biasa diajak bicara; teman, kawan, sahabat, bahkan siapa saja  yang bias diajak bicara sehingga menjadi mencair rasa kebersamaan yang menjadi bagian  dari hidup bermasyarajat.
 Salah satu bidaang yang erat kaitanya dengan lingkungan adalah pendidik, atau guru, yang dihadapi seorang pendidik bukanlah mesin, melainkan manusia yang memiliki akal dan pikiran serta qalbu yang memiliki respon beragam terhadap stimulus yang diberikan, membuat lingkungan yang baik dan harmonis dalam sebuah lingkungan yang didalamnya terdapat komunitasa manusia adalah tidak mudah, keistiqomahan, nilai-nilai ajaran yang dijunjung tinggi harus diakui sehingga nilai tersebut dapat dijadikan sebagai satu  bahan perbaikan secara berkelan jutan yang membuat seseorang dari waktu ke waktu semakin baik-baik dan baik itulah salah satu sasaran yang harus dilakukan sehingga berbaikan yang dilakukan menjadi bermakna bukan hanya bermakna tetapi juga  bermartabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar