“Emosi”
Lama tak menulis tangan terasa kaku, lama tidak membaca membaca
menjadi berat, lama tidak bertemu semakin tambah kangan atau juga sebel, semua
itu
tergantung pada situasi dan kondisi dimana kita berada disamping itu,
apakah emosi kita terlibat dalam keadaan yang sebenarnya, ataukah emosi kita
diluar kontek dari apa yang diharapkan, keterlibatan emosi dalam berbagai
keadaan sangat ditentukan adanya ketertarikan atau rasa yang melikat pada jiwa
dan pada lingkungan tersebut.
Seorang pemimnpin yang baik
tampaknya adalah seorang yang memiliki banyak emosi dan kepekaan rasa
dalam berbagai bentuk keadaan, kepekaan rasa tidaklah dibuat begitu saja,
tetapi ia hadir, tumbuh dan menjadi berpengaruh dalam keseharian kita.
Sunnatullah menentukan bahwa manusia itu beragam, memiliki kadar emosi yang
beragam, serta memiliki kemampuan yang beragam, jangankan mengenal orang lain,
mengenal emosi diri sendiri aja terkadang sulit.
Emosi yang diberikan oleh Tuhan kepada hambanya secara garis besar
dikelonmpokkan menjadi emosi baik dan emosi tidak baik, dan emosi pulihan
berada antara baik dan tidak baik. Jika kita berada dalam situasi emosi yang
baik maka titik tekannya adalah istiqomahlah, jika berada pada emosi yang tidak
baik, bersabar dan berwudhulah, dan jika emosi beradad pada saat pilihan antara
yang baik dan yang tidak baik maka berpikirlah secara memohon kebaikan dan
perlindungan kepada Tuhan.
Setiap orang memiliki profesi jika berprofesi yang berhadapan
dengan alat atau mesin maka komunikasi cenderung satu arah dan manusia itu adalah pengguna alat sehingga
yang mengontrol emosi itu adalah dirinya sendiri, jika emosi itu berada atau
berhadapan dengan orang banyak, maka komunikasi menjadi bagian yang tidak
terpisah dan emosi yang baik adalah emosi yang diharapkan, jika terdapat
ketersinggungan dalam menentukan dan mampetnya komunikasi antara dua organ
manusia, maka yang terjadi adalah ketersinggungan dann ketidak harmonisan, dan
jika berhadapan dengan pilihan maka seraya meminta tolong pada lingklungan yang
biasa diajak bicara; teman, kawan, sahabat, bahkan siapa saja yang bias diajak bicara sehingga menjadi
mencair rasa kebersamaan yang menjadi bagian
dari hidup bermasyarajat.
Salah satu bidaang yang erat
kaitanya dengan lingkungan adalah pendidik, atau guru, yang dihadapi seorang
pendidik bukanlah mesin, melainkan manusia yang memiliki akal dan pikiran serta
qalbu yang memiliki respon beragam terhadap stimulus yang diberikan, membuat
lingkungan yang baik dan harmonis dalam sebuah lingkungan yang didalamnya terdapat
komunitasa manusia adalah tidak mudah, keistiqomahan, nilai-nilai ajaran yang
dijunjung tinggi harus diakui sehingga nilai tersebut dapat dijadikan sebagai
satu bahan perbaikan secara berkelan
jutan yang membuat seseorang dari waktu ke waktu semakin baik-baik dan baik
itulah salah satu sasaran yang harus dilakukan sehingga berbaikan yang
dilakukan menjadi bermakna bukan hanya bermakna tetapi juga bermartabat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar